MENJADI  MANUSIA  SEUTUHNYA

Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, diantara dalilnya, QS Shad [38]:71-72, QS Al-Mu’minun [23]:12-16, dan antara lain terdapat sabda Rasulullah Saw.,

…ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ … الحديث

…Kemudian Allah mengutus seorang Malaikat untuk menghembuskan roh ke dalam dirinya dan ia juga diperintahkan untuk menuliskan empat hal; rezekinya, ajalnya, amalanya, dan kesengsaraannya atau kebahagiaannya… (HR Muslim dari Ibn Mas’ud)

… أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ.

Ketahuilah, bahwa dalam setiap tubuh manusia terdapat mudhghah, jika mudhghah itu baik maka baik pula seluruh badannya, namun jika mudhghah tersebut rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, mudhghah itu adalah hati.” (HR Muslim dari An-Nu’man bin Basyir)

Manusia diciptakan sebagai khalifah dan untuk ibadah kepada Allah, diantara dalilnya, QS Al-Baqarah [2]:30 dan QS Adz-Dzariyat [51]:56-58.

Manusia ada dalam tiga hakikat; (a) Basyar, bahwa manusia adalah makhluk biologis, QS Fusshilat [41]:6, (b) Al-Insan, bahwa manusia adalah khalifah atau pemikul amanah, QS Al-Ahzab [33]:72, (c) Al-Nas, bahwa manusia adalah makhluk sosial, QS Al-Hujurat [49]:13.  

Dunia bagi kita hanya sementara, di sinilah kita diuji, karena pada akhirnya tempat kita kembali hanya ada dua, Surga atau Neraka. QS Ali-Imran [3]:185-186

Rasulullah Saw. mengisyaratkan bahwa penduduk neraka lebih banyak dari penduduk surga, HR Bukhari dari Abu Sa’id Al-Khudriyyi {  مِنْ كُلِّ أَلْفٍ, تِسْعَ مِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ} 999 : 1, dan atau HR Bukhari dari Abu Hurairah {  مِنْ كُلِّ مِائَةٍ, تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ}  99 : 1.

Dan hanya dengan Rahmat dan Maghfirah Allah Swt. kita dapat masuk surga tersebut.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا فَإِنَّهُ لَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ أَحَدًا عَمَلُهُ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللَّهُ مِنْهُ بِرَحْمَةٍ وَاعْلَمُوا أَنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

“Berusahalah beramal dengan benar, lebih dekat pada kebenaran, dan berilah kabar gembira. Karena seseorang tidak akan sekali-kali masuk surga karena amalannya.” Mereka bertanya, “Begitu juga engkau ya Rasulullah.?” beliau bersabda, “Begitu juga aku. Hanya saja Allah Swt. telah meliputiku dengan dengan rahmat-Nya. Dan ketahuilah, bahwa amalan yang paling dicintai oleh Allah Swt. adalah yang paling kontinu (dawam) sekalipun sedikit-sedikit.” HR Muslim

Maka bersegeralah! QS Ali-Imran [3]:133 , QS Al-Hadid [57]:21, QS Al-Hasyr [59]:18

Dengan memaksimalkan setiap potensi diri untuk menjadi Manusia Seutuhnya (Muttaqiin/orang yang bertaqwa)  

Dan Kebahagiaan Hakiki itu, hanya dapat diraih dengan Hidayah Allah, QS Asy-Syams [91]:7-9, QS Al-Baqarah [2]:213 atau QS An-Nur [24]:35. Bahkan Allah memberikan hidayah-Nya pada semua mahluk, QS Thahaa [20]:50. Dengan tahapan hidayah: (a) Akal, (b) Ilmu, (c) Diin/Taufiq, (d) Masuk Surga.

A.        Hidayatul-Aql (Allah memberikan kita kecerdasan dan semua kelengkapannya)

Manusia diciptakan sama, tidak memiliki ilmu, maka diberikan perangkat yang lengkap untuk meraih ilmu, QS An-Nahl [16]:78, dan penghidupan di dunia, QS [16]:80-81, QS [7]:10, QS [6]:165, QS Al-Jatsiyah [45]:12-13.     

>Manusia dan Perangkat itu akan diminta pertanggungjawaban, QS Al-Isra’ [17]:36, QS Al-Qiyamah [75]:36.

>Jika potensi itu disalahgunakan maka rugi dunia-akhirat, di dunia, QS Az-Zukhruf [43]:36-37, QS Ta-ha [20]:124, dan di akhirat jadi bahan bakar neraka, QS Al-A’raf [7]:179, QS At-Tahrim [66]:6. Kelak itulah penyesalan yang tiada guna, QS An-Naba’ [78]:40.

>Dan jika hilang Aql, maka dia {رُفِعَ القَلَمُ} tidak ada Taklif, terbebas dari perintah/larangan agama.

Susah, Gelisah & Merasa Kekurangan

Imam Ibnu Qayyim berkata:


ومُحِبُّ الدنيا لا ينفكُّ من ثلاث: هَمٍّ لازم، وتعب دائم، وحسرة لا تنقضي، وذلك أن محبها لا ينال منها شيئًا إلا طمحت نفسه إلى ما فوقه، كما في الحديث الصحيح عن النبي – صلى الله عليه وسلم -: “لو كان لابن آدم واديان من مالٍ لابتغى لهما ثالثًا” ، وقد مثل عيسى ابن مريم عليه السلام محب الدنيا بشارب البحر، كما ازداد شربًا ازداد عطشًا.

Dan pecinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal: (a) Kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus, (b) Kecapaian (keletihan) yang berkelanjutan, dan (c) Kerugian yang tidak pernah berhenti.
Hal tersebut karena sesungguhnya mencintai duniawi tidak akan mendapatkan apapun kecuali ambisi dirinya untuk mencapai sesuatu di atas apa yang sudah ada.
Sebagai mana sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam: “Seandainya anak Adam diberikan dua lembah harta, maka ia akan berharap mendapatkan yang ketiganya”.
Dan Nabi Isa alaihissalam mengibaratkan pecinta keduniawian seperti minum air laut, semakin dia minum maka akan semakin haus. (Ighotsatul Lahafan 1/58)

Sampai saat di mana manusia merasa kenyang,
وَلَا يَمْلَأُ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ. الحديث
Dan mulutnya tidak akan pernah merasa kenyang kecuali dengan tanah. (HR Tirmidzi)

Maka selesailah kesusahan, gelisah, serba kurang di dunianya, semua menuju kepada keabadiannya.


{ كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ }
[Surah Âl-`Imrân: 185]
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.

Kehidupan Dunia ibarat Air

أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَسَلَكَهُۥ يَنَٰبِيعَ فِي ٱلۡأَرۡضِ ثُمَّ يُخۡرِجُ بِهِۦ زَرۡعٗا مُّخۡتَلِفًا أَلۡوَٰنُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصۡفَرّٗا ثُمَّ يَجۡعَلُهُۥ حُطَٰمًاۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكۡرَىٰ لِأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan itu ditumbuhkan-Nya tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering, lalu engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat. (QS Az-Zumar : 21)

وَٱضۡرِبۡ لَهُم مَّثَلَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا كَمَآءٍ أَنزَلۡنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخۡتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلۡأَرۡضِ فَأَصۡبَحَ هَشِيمٗا تَذۡرُوهُ ٱلرِّيَٰحُۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ مُّقۡتَدِرًا Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS Al-Kahf : 45)

إِنَّمَا مَثَلُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا كَمَآءٍ أَنزَلۡنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخۡتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلۡأَرۡضِ مِمَّا يَأۡكُلُ ٱلنَّاسُ وَٱلۡأَنۡعَٰمُ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَخَذَتِ ٱلۡأَرۡضُ زُخۡرُفَهَا وَٱزَّيَّنَتۡ وَظَنَّ أَهۡلُهَآ أَنَّهُمۡ قَٰدِرُونَ عَلَيۡهَآ أَتَىٰهَآ أَمۡرُنَا لَيۡلًا أَوۡ نَهَارٗا فَجَعَلۡنَٰهَا حَصِيدٗا كَأَن لَّمۡ تَغۡنَ بِٱلۡأَمۡسِۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir. (QS Yunus : 24)

ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٞ وَلَهۡوٞ وَزِينَةٞ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٞ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِۖ كَمَثَلِ غَيۡثٍ أَعۡجَبَ ٱلۡكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصۡفَرّٗا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمٗاۖ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ عَذَابٞ شَدِيدٞ وَمَغۡفِرَةٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٞۚ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (QS Al-Hadid : 20)

۞ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعۡفٖ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ ضَعۡفٖ قُوَّةٗ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ قُوَّةٖ ضَعۡفٗا وَشَيۡبَةٗۚ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ وَهُوَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡقَدِيرُ Allahlah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa. (QS Ar-Rum : 54)

Dari penjelasan para ulama, Kehidupan diibaratkan air, antara lain, karena:

1_ Air itu akan terbentuk sesuai dengan tempatnya, begitu pula keduniawian tergantung kepada pemiliknya.

2_ Air itu tidak akan diam, ia menguap atau mencair, begitu juga kekayaan tidak akan tinggal selamanya pada kita.

3_ Tidak ada manusia yang hidup di dalam air. Duit berbisik “simpanlah aku di sakumu jangan di hatimu”.

4_ Air dalam keadaan dan ukurannya yang tepat akan sangat bermanfaat, begitulah dunia, banjir bisa celaka, kurang jadi petaka.

Demi Kesenangan Semu


{ ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٞ وَلَهۡوٞ وَزِينَةٞ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٞ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِۖ كَمَثَلِ غَيۡثٍ أَعۡجَبَ ٱلۡكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصۡفَرّٗا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمٗاۖ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ عَذَابٞ شَدِيدٞ وَمَغۡفِرَةٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٞۚ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ }
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. [QS Al-Hadîd: 20]

عَنْ كَعْبِ بْنِ عِيَاضٍ قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ” إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ “.
Dari Ka’ab bin ‘Iyadl radhiyallahuanhu, ia berkata, Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap umat itu memiliki fitnah dan fitnah umatku adalah harta.” (HR Tirmidzi)

عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ

Dari Ka’ab bin Mâlik radhiyallahuanhu, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.”
(HR Tirmidzi)

Ajari Bekerja kemudian Memberi

Ajari mereka bekerja dengan giat, lalu bersedekah dari Hasilnya, inilah pendidikan bersedekah dalam Islam. Sekiranya kita ingin mendidik orang lain agar rajin beribadah maliyah, mari bantu mereka bekerja dan berusaha keras mendapatkan penghasilan yang layak, agar mereka bisa zakat, infaq atau shadaqah dari hasil keringatnya sendiri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَأَنْ يَغْدُوَ أَحَدُكُمْ، فَيَحْطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ، فَيَتَصَدَّقَ بِهِ وَيَسْتَغْنِيَ بِهِ مِنَ النَّاسِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًا، أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ ذَلِكَ، فَإِنَّ الْيَدَ الْعُلْيَا أَفْضَلُ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ

“Jika salah seorang di antara kalian pergi di pagi hari lalu mencari kayu bakar yang dipikul di punggungnya (lalu menjualnya), kemudian bersedekah dengan hasilnya, dan merasa cukup dengan hal itu dari apa yang ada pada orang lain, maka itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada seseorang, baik ia memberi ataupun tidak. Karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Dan mulailah dengan menafkahi orang yang ada dalam tanggunganmu” (HR Muslim).

Tetaplah Bersabar

Tetaplah Bersabar, dengan kesabaran yang indah (baik), karena kesabaran itu ada yang terpuji (mahmudun) dan ada yang tercela (madmumun);

فَٱصۡبِرۡ صَبۡرٗا جَمِيلًا
إِنَّهُمۡ يَرَوۡنَهُۥ بَعِيدٗا
وَنَرَىٰهُ قَرِيبٗا
يَوۡمَ تَكُونُ ٱلسَّمَآءُ كَٱلۡمُهۡلِ
وَتَكُونُ ٱلۡجِبَالُ كَٱلۡعِهۡنِ
وَلَا يَسۡـَٔلُ حَمِيمٌ حَمِيمٗا
يُبَصَّرُونَهُمۡۚ يَوَدُّ ٱلۡمُجۡرِمُ لَوۡ يَفۡتَدِي مِنۡ عَذَابِ يَوۡمِئِذِۭ بِبَنِيهِ
وَصَٰحِبَتِهِۦ وَأَخِيهِ
وَفَصِيلَتِهِ ٱلَّتِي تُـٔۡوِيهِ
وَمَن فِي ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعٗا ثُمَّ يُنجِيهِ

Maka bersabarlah engkau dengan kesabaran yang baik.
Mereka memandang (azab) itu jauh (mustahil).
Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi).
(Ingatlah) pada hari ketika langit menjadi bagaikan cairan tembaga,
Dan gunung-gunung bagaikan bulu (yang beterbangan),
Dan tidak ada seorang teman karib pun menanyakan temannya,
Sedang mereka saling melihat. Pada hari itu, orang yang berdosa ingin sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab dengan anak-anaknya,
Dan istrinya dan saudaranya
Dan keluarga yang melindunginya (di dunia),
Dan orang-orang di bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat menyelamatkannya.

-Sura Al-Ma’arij, 05 – 14

‘AOSAN SHOLAT (terjemah Sunda) tamat

sebelumnya

16.     Tahiyyat

اَلتَّحِيَّاتُ لِلهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ,

اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ,

اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَ عَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ,

أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَلتَّحِيَّاتُ المُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِله …

اَلتَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلهِ …

 (1)  Sadaya kahormatan eta kagungan Allah, nya kitu deui kasalametan sareng sadayana kasaean.

(2)  Sadayana kahormatan, kaberkahan, kasalametan, sareng kasaean teh, eta kagungan Allah.

(3)  Sadayana kahormatan, kasaean, kasalametan teh, eta kagungan Allah.

Muga-muga kasalametan dipaparinkeun ka anjeun ya Nabi, nya kitu deui rohmat Allah sareng barokah-Na. Muga-muga kasalametan dipaparinkeun ka abdi sadaya, sareng abdi-abdi Allah anu saroleh.

Abdi ngangken yen teu aya deui Pangeran anu wajib disembah anging Allah Anu Tunggal teu aya bangsana pikeun Mantenna, sareng abdi ngangken yen Nabi Muhammad teh abdi-Na sareng utusan-Na.

اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحـَّمَدٍ وَعَلَى آلِ مُحـَّمَدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إبْرَاهِيمَ, وَبَارِكْ عَلَى مُحـَّمَدٍ وَعَلَى آلِ مُحـَّمَدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إبْرَاهِيمَ, فِي العَالَمِينَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

Nun Gusti, mugi dipaparin kasalametan ka Nabi Muhammad sareng ka kulawargana, sapertos Gusti parantos maparin kasalametan ka kulawarga Nabi Ibrahim. Sareng mugi maparin berekah ka Nabi Muhammad sareng ka kulawargana, sapertos Gusti parantos maparin berekah ka kulawarga Nabi Ibrahim. Di sadaya alam ieu saestuna Gusti teh Nu Maha Pinuji tur Maha Mulya. (HR Muslim)

اللّهُمَّ إنِّي أعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ القَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ المَحـْيَا وَالمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ المَسِيْحِ الدَّجَّالِ.

Nun Gusti, abdi nyalindung neda tulung ka Gusti, tina siksa naraka jahannam, tina siksa kubur, tina fitnah hirup sareng maot, sarengna tina kajahatan fitnah dajjal. (Muslim)

17.     Salam

اَلسَّلَامُ عَلَيكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ Muga-muga kasalametan jeung rohmat Allah dipasrahkeun ka aranjeunna.  (HR Muslim)

‘AOSAN SHOLAT (terjemah Sunda) bag 3

sebelumnya

10.     I`tidal (maca Tahmid)

رَبَّنَا لَكَ الـحَمْدُ \ رَبَّنَا وَلَكَ الـحَمْدُ \ اللَّهُمَّ …

\ رَبَّـنَا وَلَكَ الـحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ.

Nun Gusti, kagungan Gusti sadaya puji. 

… pujian anu seer, anu sae, pinuh barokah.

(HR Bukhari-Muslim)

رَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ مِلْئُ السَّموَاتِ وَمِلْئُ الأرْضِ وَمِلْئُ مَاشِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ, أهْلَ الثَّنَاءِ وَالـمَجْدِ أحَقُّ مَا قَالَ العَبْدُ, وَكُلُّنا لَكَ عَبْدٌ, اللّهُمَّ لَامَانِعَ لِمَا أعْطَيْتَ وَلَامُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَايَـنْفَعُ ذَا الجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ

Nun Gusti, kagungan Gusti sadaya puji, pinuh langit sareng bumi, sarta pinuh sagala rupi ku pangersa Gusti, Gusti mah purah dialem sareng diugung-dipuja, langkung hak kana sugrining nu diucapkeun ku sadaya abdi-abdi-Na, sareng abdi sadayana teh ngabdi ka Gusti. Nun Gusti, hamo aya nu mapalangan kana sugri nu dipaparinkeun ku Gusti mah, sarta hamo aya anu tiasa barangbere sugri nu ku Gusti diwagel mah, sareng nu gaduheun kamulyaan oge hamo mangpa`at, ari sanesna kamangpa`atan paparin Gusti mah. (HR Muslim)

11.     Takbir (turun kana sujud, teu ngangkat panangan)

12.     Sujud (sapalih `aosanna sami sareng `aosan ruku`)

سُبْحَانَ رَبِّيَ الأعْلَى

Maha Suci Gusti Pangeran abdi Nu Maha Luhur.  (HR Muslim

اللّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أسْلَمْتُ, سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ, تَبَارَكَ اللهُ أحْسَنُ الـخَالِقِين

Nun Gusti, ka Gusti abdi sujud, sareng ku Gusti abdi iman, oge ka Gusti abdi sumerah diri, beungeut abdi sujud ka anu ngadamelna sareng ngabentukna, oge anu mukakeun panguping sareng paningalna, Maha berkah Allah Pangsaena Pencipta.  (HR Muslim)

13.     Takbir teras calik antawis dua sujud (calik Iftirasy)

اللّهُمَّ اغْفِرْلِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي

Nun Gusti, mugi Gusti ngahapunteun ka abdi sareng mugi mikawelas ka abdi, sareng mugi nyekapkeun ka abdi, sareng mugi maparinan hidayah ka abdi, sareng mugi maparinan rizki ka abdi.  (HR Tirmidzi)

رَبِّ اغْفِرْلِي  رَبِّ اغْفِرْلِي

Mugi Gusti ngahapunteun ka abdi. 

(HR Ibnu Majah)

14.     Takbir teras sujud (kadua)

15.     Takbir teras ngadeg kana raka`at salajeungna,

atanapi teras calik deui kanggo tahiyyat awal/calik iftirasy, atanapi tahiyyat akhir/calik tawarruk

selanjutnya

‘AOSAN SHOLAT (terjemah Sunda) bag 2

sebelumnya

3.       Ta`awudz

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْـطَانِ الرَّجِـيْمِ

Abdi nyalindung neda tulung ka Allah tina gangguan setan anu dila`nat

4.                 Al-Fatihah

بـِسۡمِ ٱللّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ … الخ

Kalayan nyebat jenengan Allah nu miheman tur welas asih. Ari sadayana puji kagungan Allah nu ngurus sadaya alam. Anu miheman tur welas asih. Anu ngarajaan dina poe kiyamah. Mung ka Gusti abdi ibadah, sareng mung ka Gusti abdi nyuhungkeun pitulung. Mugi Gusti nuduhkeun ka abdi kana jalan anu lempeng. Nyaeta jalanna jalmi-jalmi anu parantos dipaparinan ni`mat ku Gusti. Sanes pisan jalanna jalma-jalma anu dibenduan ku Gusti, oge sanes jalanna jalma-jalma anu sarasab.

5.                 Ngaos Aamiin   (آمِـيْن )

Mugi Gusti ngaijabah kana paneda abdi

6.                 Ngaos Surat anu sanesna

(kajabi roka`at katilu/kaopat dina sholat wajib)

7.                 Takbir bade ruku` (bari ngangkat panangan)

8.                 Ruku`

سُبْحَانَ رَبِّيَ العَظِيْمِ

Maha Suci Gusti Pangeran abdi nu Maha Agung.  (HR Muslim)

سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ رَبَّـنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي

Maha Suci Gusti, nun Gusti Pangeran abdi sadaya, sareng  kalayan sadaya puji kanggo Salira, mugi Gusti ngahapunteun ka sim abdi.  (HR Muslim)

سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ المَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ

Maha Suci Maha Qudus, Rab malaikat sareng ruh.  (HR Muslim)

اللّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أسْلَـمْتُ خَشَعَ لَكَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُـخِّي وَعَظْمِي وَعَصَبِـي

Nun Gusti, ka Gusti abdi ruku`, sareng ku Gusti abdi iman, oge ka Gusti abdi sumerah diri, khusyu` ka Gusti panguping, paningal, uteuk, tulang, oge tanagi abdi.  (HR Muslim)   

9.      Cengkat tina ruku` (bari ngangkat panangan, maca Tasmi` kanggo imam/munfarid, maca Tahmid kanggo ma’mum)

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Mugi-mugi Allah ngadangu ka nu muji ka Mantenna.  (HR Muslim)

selanjutnya

‘AOSAN SHOLAT (terjemah Sunda) bag 1

1.                 Takbiratul Ihram (takbir, bari ngangkat panangan)

اَللهُ أكْبَرُ

Allah nu Maha Agung

2.       Iftitah

اللّهُمَّ بَـاعِدْ بَـيْنِي وَبَـيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَـيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ, اللّهُمَّ نَـقِّـنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُـنَـقَّى الثَّوْبُ الأَبْـيَضُ مِنَ الدَّنَـسِ, اللّهُمَّ اغْسِلْـنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالمَاءِ وَالبَرَدِ.

Nun Gusti, mugi Gusti nebihkeun antawis abdi sareng kalepatan abdi, sapertos Gusti nebihkeun antawis wetan sareng kulon. Nun Gusti, mugi Gusti ngaberesihkeun sagala kalepatan abdi, sapertos diberesihkeuna raksukan bodas tina kokotor. Nun Gusti, mugi Gusti ngumbah sim abdi tina sugrining kalepatan abdi, ku salju, ku cai sareng ku ibun.  (HR Muslim)

سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِـحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إلـهَ غَيْرُكَ.

Maha Suci Gusti, kalayan disarengan ku pamuji ka Gusti, Maha Berekah jenengan Gusti, oge Maha Luhur kamulyaan Gusti, sareng henteu aya deui Pangeran salian ti Gusti.  (HR Muslim)

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالـحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلً.

Allah nu Maha Agung saagung-agungna, sadayana puji kagungan Allah saseer-seerna, sareng Maha Suci Allah waktos enjing-enjing atanapi waktos sontenna.  (HR Muslim)  

وَجَّهْتُ وَجْهِـيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْـفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ, إِنَّ صَلَاتِي وَنـُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلـِمِينَ, اللّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلـهَ إِلَّا أَنْتَ, أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ, ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي, فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَايَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ, وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَايَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ, وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّـئَـهَا لَايَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ, لَـبَّـيْكَ وَسَعْدَيْكَ, وَالـخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ, أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ, أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.

Abdi madepkeun beungeut ka Pangeran anu ngadamel langit sareng bumi, kalawan ikhlas, sareng abdi sanes ti golongan jelema anu malusyrik. Saestuna, solat abdi, pangorbanan abdi, hirup abdi sareng maot abdi, karana Allah anu ngurus sadaya alam, teu aya rencang kanggo Mantenna, kitu pisan abdi diparentah sareng abdi kalebet ti golongan jalmi Islam. Nun Gusti, Gusti teh raja anu teu aya deui Pangeran salian ti Gusti, Gusti teh nu ngurus abdi, sareng abdi teh kawula Gusti. Abdi kaniaya ka diri abdi, sareng abdi nguningakeun dosa abdi, mugi Gusti ngahapunteun kana dosa abdi, sadayana, margi teu aya deui anu bakal ngahapunteun kana dosa iwal ti Gusti. Sareng mugi Gusti nuduhkeun ka abdi kana ahlak anu pangsaena, sarta teu aya anu (tiasa) nuduhkeun kana ahlak pangsaena, iwal ti Gusti. Sareng mugi Gusti malengoskeun (nyingkirkeun) ti abdi ahlak jahat, sareng teu aya anu (tiasa) ngajauhkeun ahlak jahat tina diri abdi iwal ti Gusti. Abdi ta’at kana parentah Gusti, abdi bade nulung Agama Gusti. Sadaya kasaean eta ayana dina panangan Gusti, sareng kaawonan eta sanes ti Gusti. Abdi teh hirup kalayan kurnia Gusti, sareng ka Gusti abdi bakal mulang. Maha Berekah sareng Maha Luhur Gusti, abdi neda hapunteun sareng pertobat ka Gusti.  (HR Muslim)

selanjutnya